Mode Gelap
Image
Kamis, 05 Desember 2024
Logo

Novel Kabut Tanah Tembakau: Menguak Sejarah dan Intrik di Perkebunan Tembakau Deli

Novel Kabut Tanah Tembakau: Menguak Sejarah dan Intrik di Perkebunan Tembakau Deli
Rizal Siregar, penulis novel Kabut Tanah Tembakau

JAKARTA (BM) – Novel terbaru berjudul Kabut Tanah Tembakau karya Rizal Siregar telah resmi diterbitkan pada Oktober 2024 oleh Penerbit Adab. Karya sastra ini mengangkat kisah tentang sejarah perkebunan tembakau Deli yang terkenal pada abad ke-19, dengan balutan misteri, budaya, dan intrik.

Buku setebal 259 halaman ini hadir dalam format fisik dan digital, dengan ISBN 978-623-505-394-3 dan E-ISBN 978-623-505-393-6 untuk versi digital. Novel ini mengisahkan kehidupan para kuli kontrak di perkebunan tembakau Deli serta perjalanan Marlina, seorang wanita muda yang mencari jejak leluhurnya di tanah tersebut.

Rizal Siregar, yang juga seorang wartawan senior, menyebutkan bahwa novel ini merupakan hasil riset selama lebih dari lima tahun. "Novel ini lama saya siapkan. Mulai dari riset ke bangsal tembakau sampai bangsal itu sudah tidak ada lagi, baru novel ini bisa diterbitkan," ungkap Rizal dalam wawancaranya.

Dalam Kabut Tanah Tembakau, pembaca diajak menyusuri sejarah panjang Deli dengan latar masa kolonial, di mana tembakau menjadi primadona perdagangan dunia. Rizal menampilkan kisah para kuli kontrak yang bekerja di bawah tekanan dan pengawasan ketat para mandor Belanda. Marlina, tokoh utama novel ini, menyaksikan langsung kilasan masa lalu tersebut saat ia menelusuri sejarah keluarganya di Medan.

Kisah ini tidak hanya menyoroti sejarah, namun juga dipenuhi oleh unsur mitos dan dunia gaib. Marlina berinteraksi dengan sosok-sosok dari alam bunian, makhluk gaib dalam legenda Melayu. Konflik cinta antara dua dunia pun menjadi salah satu elemen utama dalam novel ini, dengan seorang pangeran dari alam bunian yang jatuh cinta kepada Marlina, berusaha menjadikannya permaisuri.

Di sisi lain, novel ini juga menyoroti memudarnya budaya Melayu Deli di era modern. "Melalui cerita Marlina, saya ingin mengajak pembaca merenungkan bagaimana simbol-simbol budaya Melayu mulai hilang di tengah arus globalisasi," kata Rizal. Baginya, Kabut Tanah Tembakau bukan sekadar karya fiksi, tetapi juga refleksi terhadap dinamika sosial, politik, dan ekonomi di Tanah Deli.

Novel ini diharapkan dapat menarik minat generasi muda untuk belajar dari sejarah dan menjaga nilai-nilai budaya yang kian tergerus oleh zaman. (arf/tit)

Komentar / Jawab Dari