Mode Gelap
Image
Rabu, 19 November 2025
Logo
Drama Cinta Tiga Babak: Suami, Polwan, dan Pelakor yang Pandai Akting Sedih
Drama Cinta Tiga Babak: Suami, Polwan, dan Pelakor yang Pandai Akting Sedih

Drama Cinta Tiga Babak: Suami, Polwan, dan Pelakor yang Pandai Akting Sedih

 

Kalau hidup ini sinetron, maka kasus perselingkuhan kali ini sudah bisa tayang di prime time dengan judul “Cinta di Balik Seragam dan Status Online”.

Bukan sinetron, tapi rasanya lebih heboh dari FTV jam sebelas malam.

Tokoh utamanya: seorang ibu Polwan, perempuan tangguh yang biasa menilang pengendara tanpa helm, tapi kali ini justru ditilang hatinya sendiri — oleh cinta suami yang nyelonong ke hati perempuan lain.

Dan di sinilah plot twist-nya, Sob.

Bukan si suami yang paling disorot, tapi si wanita ketiga, yang kini tampil bak pemeran utama di sinetron berjudul “Aku Juga Korban, Kak”.

Dia menangis di media sosial, bikin caption panjang, pakai lagu galau, seolah hatinya paling babak belur.

Padahal, kalau diungkap dalam pasal moral, dia justru termasuk terdakwa pasal 351 hati: penganiayaan perasaan istri sah.

Warganet pun langsung bereaksi cepat, seperti pasukan siber berseragam moral.

Komentar deras bak hujan di kolom TikTok:

> “Sabar Bu Polwan, karma itu pakai GPS!”

“Pelakor zaman sekarang kok mentalnya kuat banget ya, udah salah, masih main story…”

“Pantes seragam Polwan keren, ternyata isinya power woman beneran.”

Namun di balik drama ini, ada refleksi kecil yang agak menyengat:

Kenapa ya, pelaku kesalahan sering kali merasa jadi korban?

Mungkin karena di era digital, simpati bisa dibentuk dari angle kamera dan pilihan filter.

Asal pandai menulis caption dan tahu jam tayang paling ramai, publik bisa ikut menangis — bahkan tanpa tahu siapa sebenarnya yang luka duluan.

Sementara sang Polwan, yang sesungguhnya lebih layak dikasihani, justru memilih diam.

Mungkin karena ia tahu, balasan paling elegan bukan klarifikasi, tapi prestasi dan keteguhan hati.

Atau mungkin juga karena dia lagi patroli, bukan di jalan raya, tapi di jalur kesabaran.

Yang jelas, kisah ini jadi pengingat:

Dalam urusan cinta, yang berseragam belum tentu kuat, yang menangis belum tentu korban, dan yang diam belum tentu kalah.

Dan untuk para netizen budiman, sebelum ikut menyalahkan, pastikan dulu siapa yang benar-benar tersakiti…

Sebab di dunia maya, semua orang bisa jadi korban—asal caption-nya menyentuh.(dickydea)

 

Komentar / Jawab Dari